perlengkapan dapur

Rabu, 27 April 2016

Jangan Berlebihan Sikapi Celotehan Danang

Kecaman sejumlah seniman pencipta lagu Banyuwangi, terhadap celotehan Pradana Dieva alias Danang, ketika manggung di Muncar, hampir setahun yang lalu, spontan mendapat tanggapan Mas Soepranoto (82), seorang budayawan sekaligus pencipta lagu Banyuwangi.

Mas Soepranoto kepada Gema Tawangalun, Kamis (28/4), mengungkapkan keprihatinannya atas sikap berlebihan para seniman pencipta lagu Banyuwangi, yang sampai mengecam atas terjadinya celotehan Danang, yang dinilainya telah menghina lagu Banyuwangi.
Menurut pencipta lagu Sumber Wangi, Pahlawan Bangsa, dan Pujan yang juga pernah dibawakan  Catur Arum itu, tidak seharusnya keluar kecaman seperti dilansir sebuah koran lokal. Pasalnya, hal tersebut semakin menunjukkan bila sikap mereka sebagai seniman memiliki kuping tipis, hanya karena omongan seorang Danang.

Selain hal itu sebagai celotehan yang mungkin diluar kesadarannya, peristiwa tersebut juga sudah terjadi hampir setahun yang lalu.

‘’Bila saat itu mereka menganggap serius permasalahan ini, mengapa baru menyoal sekarang. Sebagai seniman Banyuwangi tidak seharusnya memiliki jiwa sempit, karena Banyuwangi sendiri sangat terbuka dengan kesenian dan kebudayaan luar,’’ ungkapnya.

Inilah Banyuwangi lanjut Mas Soepranoto, budaya yang lahir disini karena kreasi seni dari para budayawannya. ‘’Karena itu apapun kritik dan saran tidak membuat menjadi gerah. Budaya Banyuwangi yang lahir dari membanyuwangikan budaya dari luar yang datang, seperti jinggoan yang dahulunya dikenal damarwulan merupakan akulturasi kesenian Bali yang di Banyuwangikan, demikian juga dengan Barong, maupun Angklung,’’ paparnya.

Budayawan maupun seniman Banyuwangi, kata Cicit Mas Alit (Bupati Banyuwangi Pertama), sebagai seniman sebaiknya terus berkreasi seperti ketika lahirnya seni kendang kempul, yaitu perkawinan antara kesenian Banyuwangi dengan irama dangdut, dan yang terakhir ini dan berhasil dibawakan Catur Arum dengan mengawinkan dengan keroncong sehingga melahirkan lagu – lagu yang menjadi hits seperti usum layangan.

‘’Untuk itu ayolah terus saja berkarya, berkreasi, dan itulah Banyuwangi manusianya yang akan terus bergerak dalam berkesenian dan berhasil membumikan hasil karyanya sebagai milik Banyuwangi,’’ tambahnya seraya menjelaskan bila dirinya bukan berarti mendukung celotehan-celotehan semacam itu.'

Sementara itu, Julisetyo Puji Rahayu, S.Sos, SH, MH, sebagai juru bicara Danang kepada Gema Tawangalun, Jum’at (29/4), menyampaikan permintaan maaf atas celotehan Danang, yang dinilai telah merendahkan lagu Banyuwangi itu. Menurutnya, Danang mengaku menyesal telah melontarkan guyonan yang akhirnya dipahami sebagai pernyataan menghina lagu Banyuwangi tersebut.

Padahal, lanjut Julis, tidak ada niatan seperti itu. Selain sejak usia anak-anak telah menyanyikan lagu-lagu Banyuwangi, sekarangpun ketika mentas di sejumlah daerah dan di luar negeri selalu membawakan lagu-lagu daerahnya, terutama ketika penontonnya juga ada warga Banyuwangi.
‘’Tidak ingin memperpanjang masalah. Danang titip permintaan maafnya atas kekhilafannya ketika manggung di Muncar setahun lalu itu,’’ kata Julis.

sumber : Tabloid Gema Tawangalun edisi 23