perlengkapan dapur

Sabtu, 19 Maret 2016

Proyek JLS 650 KM Ditargetkan Rampung 2021

Ruas JLS di daerah Glenmore
Hampir 14 tahun proyek Jalur Lintas Selatan (JLS) yang terbentang dari Kabupaten Banyuwangi hingga Kabupaten Pacitan di Jawa Timur ini, berjalan di tempat karena terkendala masalah pembebasan lahan di masing-masing daerah yang dilalui. Namun kini pemerintah pusat berkomitmen untuk mempercepat pembangunan jalan alternatif setelah jalur pantai utara di Jawa Timur tersebut. Bahkan jalur sepanjang 650 kilometer yang melewati delapan daerah ini, ditargetkan bisa rampung pada 2021.


Kedelapan daerah itu, antara lain, Banyuwangi, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, dan Jember; dengan melibatkan Dinas PU Bina Marga Provinsi Jatim.

Kepala Biro Asministrasi Kerja Sama Pemprov Jawa Timur, Benny Sampirwanto, mengatakan, JLS adalah jalur yang dirancang pemerintah pusat sebagai alternatif setelah jalur di sepanjang pantai utara di Jawa Timur. ”Karena sudah hampir 14 tahun berjalan, dan JLS ini belum rampung juga, maka kami telah meminta delapan daerah yang akan dilalui segera menuntaskan kendala pembangunan JLS ini. Jalur ini sangat dibutuhkan untuk menggerakkan perekonomian,” jelas Benny saat berada di Banyuwangi belum lama ini.

Menurutnya, sebagian besar kendala pembangunan JLS adalah masalah pembebasan lahan. ”Untuk itu, kita kumpulkan daerah-daerah ini untuk bersama sama berkomitmen mempercepat pembangunan JLS. Pada 2021 harus selesai,” kata Benny.

Proyek JLS ini dimulai sejak 2002. Pembangunannya sempat mengalami kendala lantaran terganjal masalah pembebasan lahan di sejumlah daerah. Skema pembangunannya, pemerintah pusat dan provinsi membiayai pembangunan fisiknya, sedangkan pemerintah daerah menyiapkan lahannya.
Anggaran yang dikucurkan pusat untuk percepatan JLS pada 2016 ini adalah Rp 1,4 trilun dan tambahan bantuan luar negeri sebesar US$ 250 juta.

Karena itu, delapan perwakilan daerah berkumpul di Banyuwangi untuk menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) Pembangunan JLS. Perjanjian kerja sama yang lama yang ditandatangani pada 2002 direvisi dengan fokus percepatan pembangunan JLS. Dalam rapat ini, delapan daerah yang dilintasi JLS selatan melakukan koordinasi untuk mempercepat pembangunan JLS. 


Saat Penandatangan Perjanjian Pembangunan JLS 
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada Gema Tawangalun, mengatakan, percepatan JLS akan bisa mendorong dan perkembangan ekonomi di Jawa Timur, khususnya Banyuwangi. Apalagi jika JLS ini bisa diintegrasikan dengan keunggulan pariwisata antar kabupaten. ”Namun yang perlu diperhatikan, pembangunannya harus disesuaikan dengan tata ruang masing-masing daerah, tetap harus dikendalikan. Misal kalau akan dibangun industri, tentunya industri apa yang cocok di jalur ini. Harapan kami, lansekap JLS tetap hijau,” ujar Anas.

Dibangunnya JLS ini akan membawa dampak positif bagi perkembangan Banyuwangi. “Ini bagus, akan semakin banyak orang datang ke Banyuwangi. Jalurnya lebih mudah, semakin banyak opsi jalan. Akan ada pemandangan baru saat masuk Banyuwangi karena melewati perkebunan,” ujar Anas.

Ruas jalan arteri JLS di Banyuwangi mencapai sepanjang 110 km, yang diawali dari kawasan perbatasan Tangki Nol kawasan Kalibaru hingga Ketapang. Sejumlah kawasan selatan Banyuwangi akan dilewati JLS, antara lain, adalah Perkebunan Malangsari Kalibaru, Kendeng Lembu Glenmore, Genteng, Rogojampi, Srono, Singojuruh, Kabat, Banyuwangi, Giri, dan Kalipuro.
Pemerintah pusat sendiri belum lama ini telah mengucurkan anggaran untuk pembangunan JLS dari pertigaan Kecamatan Glenmore kearag selatan sepanjang 10 kilometer. Percepatan akses JLS ini juga untuk mendukung kebedaan Industry Gula Glenmore (IGG) yang akan beroperasi pada pertengahan tahun 2016 ini. 

Seperti kita ketahui IGG merupakan pabrik gula termodern di lingkungan pabrik gula milik BUMN. Pabrik gula ini selain untuk mengurangi ketergantungan pada gula impor, juga mampu  menghasilkan produk sampingan, yakni listrik, bio etanol, pakan ternak dan pupuk organik

Sumber : Gema Tawangalun edisi 17